Senin, 14 Januari 2013

ULASAN CLUB SFC

Sungguh susah memainkan strategi 4-3-3. Jarang sekali tim sepak bola dunia yang memainkannya. Di level dunia, Barcelona FC adalah salah satu kesebelasan yang sangat bagus dalam memainkan strategi ini. Perlu pemahaman mendalam dalam memainkan strategi menyerang ini (total football). Keseimbangan permainan antara menyerang dan bertahan adalah kunci yang harus dimainkan oleh pemain tengah.
Pemain tengah harus banyak berlari membantu menyerang dan disiplin membantu pertahanan. Mereka harus memiliki kebugaran yang tinggi. Jadi, pemain tengah harus punya visi penyerangan dan bertahan dengan baik. Gol pertama SFC menunjukkan kecemerlangan Ponario Astaman yang melihat posisi Rendy Siregar. Mendapat bola, Rendy sukses melakukan umpan mendatar ke depan gawang BFC. Budi Sudarsono dengan dingin menceploskan bola umpan tersebut.
Ponario pun sering membantu penyerangan dengan beberapa kali menyusup ke pertahanan BFC dan tetap disiplin menjaga pertahanan. Ini memang sudah cukup baik dimainkan Ponario sebagai central midfielder.
Prinsip gaya main 4-3-3 bagi pemain tengah memang sangat unik. Kedua sayap lapangan tengah tidak saja bermain menyerang menyisir sisi luar atau masuk ke tengah dari pertahanan lawan, namun berkewajiban membantu pertahanan. Disini, Dirga Lasut di kiri dan Rendy di kanan masih belum dengan baik memainkan perannya. Keduanya asyik menyerang, dan belum disiplin menjaga keseimbangan ketika SFC mendapat serangan. Akibatnya barisan pertahanan SFC sering mengalami tekanan yang hebat.
Kedua sayap ini pun harus punya kewajiban menilai situasi terutama ketika tusukan dimainkan oleh fullback kiri dan kanan yang membantu penyerangan. Mereka harus cepat menutup ruang yang ditinggalkan, dan bukannya ikutan masuk ke pertahanan lawan. Contoh atas kesalahan taktik bermain ditunjukkan ketika Ferry Rotinsulu harus kebobolan akibat sepakan Kenji yang menyamakan kedudukan di babak pertama.
Bermula dari tusukan M. Ridwan disisi kanan pertahanan BFC, posisi sayap kiri pertahanan SFC kosong, karena Dirga Lasut tidak cepat menutup ruang yang ditinggal oleh M. Ridwan. Akibatnya, ketika tusukan M. Ridwan gagal dan bola dapat direbut, maka bola langsung di passing panjang ke sektor kiri pertahanan SFC yang dengan mudah diperoleh Satosi di ruang yang kosong. Ahmad jufriyanto yang coba menghentikan tusukan Satosi ternyata mudah dikecoh. Akibatnya Satosi terus masuk menusuk di daerah yang kosong, kemudian mengumpan bola pada Kenji dan berbuah gol bagi SFC.
Gol ini pun adalah contoh bagi SFC bahwa organisasi pertahanannya masih buruk. Terlihat tidak jelasnya pembagian tugas antara Ahmad Jufriyanto dan Thierry Gattusi. Gaya main 4-3-3 bagi defender itu harus dengan tegas membagi siapa yang berperan sebagai stopper dan siapa yang berperan sebagai sweeper. Kalau Ahmad Jufrianto di atas mencoba menghentikan Satosi berberan sebagai stopper, lalu kemana Thierry Gatussi yang harusnya berperan sebagai sweeper? Justru, Ponario Astaman yang segera turun membantu pertahanan SFC namun terlambat, karena Satosi segera mengumpan bola dan dimanfaatkan dengan baik oleh Kenji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar