Sungguh susah memainkan strategi 4-3-3. Jarang sekali tim sepak bola
dunia yang memainkannya. Di level dunia, Barcelona FC adalah salah satu
kesebelasan yang sangat bagus dalam memainkan strategi ini. Perlu
pemahaman mendalam dalam memainkan strategi menyerang ini (total football). Keseimbangan permainan antara menyerang dan bertahan adalah kunci yang harus dimainkan oleh pemain tengah.
Pemain tengah harus banyak berlari membantu menyerang dan disiplin
membantu pertahanan. Mereka harus memiliki kebugaran yang tinggi. Jadi,
pemain tengah harus punya visi penyerangan dan bertahan dengan baik. Gol
pertama SFC menunjukkan kecemerlangan Ponario Astaman yang melihat
posisi Rendy Siregar. Mendapat bola, Rendy sukses melakukan umpan
mendatar ke depan gawang BFC. Budi Sudarsono dengan dingin menceploskan
bola umpan tersebut.
Ponario pun sering membantu penyerangan dengan beberapa kali menyusup ke
pertahanan BFC dan tetap disiplin menjaga pertahanan. Ini memang sudah
cukup baik dimainkan Ponario sebagai central midfielder.
Prinsip gaya main 4-3-3 bagi pemain tengah memang sangat unik. Kedua
sayap lapangan tengah tidak saja bermain menyerang menyisir sisi luar
atau masuk ke tengah dari pertahanan lawan, namun berkewajiban membantu
pertahanan. Disini, Dirga Lasut di kiri dan Rendy di kanan masih belum
dengan baik memainkan perannya. Keduanya asyik menyerang, dan belum
disiplin menjaga keseimbangan ketika SFC mendapat serangan. Akibatnya
barisan pertahanan SFC sering mengalami tekanan yang hebat.
Kedua sayap ini pun harus punya kewajiban menilai situasi terutama
ketika tusukan dimainkan oleh fullback kiri dan kanan yang membantu
penyerangan. Mereka harus cepat menutup ruang yang ditinggalkan, dan
bukannya ikutan masuk ke pertahanan lawan. Contoh atas kesalahan taktik
bermain ditunjukkan ketika Ferry Rotinsulu harus kebobolan akibat
sepakan Kenji yang menyamakan kedudukan di babak pertama.
Bermula dari tusukan M. Ridwan disisi kanan pertahanan BFC, posisi sayap
kiri pertahanan SFC kosong, karena Dirga Lasut tidak cepat menutup
ruang yang ditinggal oleh M. Ridwan. Akibatnya, ketika tusukan M. Ridwan
gagal dan bola dapat direbut, maka bola langsung di passing panjang ke
sektor kiri pertahanan SFC yang dengan mudah diperoleh Satosi di ruang
yang kosong. Ahmad jufriyanto yang coba menghentikan tusukan Satosi
ternyata mudah dikecoh. Akibatnya Satosi terus masuk menusuk di daerah
yang kosong, kemudian mengumpan bola pada Kenji dan berbuah gol bagi
SFC.
Gol ini pun adalah contoh bagi SFC bahwa organisasi pertahanannya masih
buruk. Terlihat tidak jelasnya pembagian tugas antara Ahmad Jufriyanto
dan Thierry Gattusi. Gaya main 4-3-3 bagi defender itu harus dengan
tegas membagi siapa yang berperan sebagai stopper dan siapa yang
berperan sebagai sweeper. Kalau Ahmad Jufrianto di atas mencoba
menghentikan Satosi berberan sebagai stopper, lalu kemana Thierry
Gatussi yang harusnya berperan sebagai sweeper? Justru, Ponario Astaman
yang segera turun membantu pertahanan SFC namun terlambat, karena Satosi
segera mengumpan bola dan dimanfaatkan dengan baik oleh Kenji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar