Senin, 21 Januari 2013

BALAPAN BAJAJ YANG UNIK

13406683941495799959
Sebuah bajaj sedang melintas diiringi sorak sorai beberapa warga yang menonton
Ketika menyaksikan acara nonton bareng (Nonbar) di sebuah restoran cepat saji di kawasan Santa, Jakarta Selatan. Tiba-tiba saja saya dan beberapa kawan yang sedang asyik menonton siaran langsung pertandingan Inggris vs Italia, dikejutkan dengan keramaian di persimpangan jalan Gunawarman dan jalan Wolter Mongonsidi.
Saat itu, ada teriak-teriak dari beberapa warga tepat di pinggir jalan yang menghubungkan kawasan Blok M dengan Mampang. Sontak saja, kami yang berada dalam restoran cepat saji tersebut langsung keluar untuk melihat keadaan yang terjadi.
Sebab, kami sangat khawatir bila keramaian tersebut berasal dari tawuran warga atau bentrokan lainnya. Namun, setelah melihat lebih jelas dengan mendatangi langsung, ternyata keramaian itu datang dari sekelompok massa yang sedang bertepuk tangan mendukung balapan bajaj yang sedang melintas. Tampak di sepanjang jalan berderet beberapa bajaj dengan tampilan mencolok yang dipenuhi modifikasi dan pernak-pernik seperti lampu hias.
Meski sebelumnya sudah pernah melihat aksi balapan liar antar bajaj yang kerap berlangsung setiap malam minggu di kawasan Daan Mogot dan Kemayoran, namun aksi balapan bajaj yang terjadi pada Senin dinihari itu sempat mengagetkan kami semua. Karena, awalnya sama sekali tidak menyangka di jalan yang ruasnya kecil itu, bisa terjadi unjuk kebolehan dari bajaj yang telah di rombak habis oleh pemiliknya.
Kendati begitu, balapan bajaj ini tentu berbeda dengan balapan motor liar yang banyak terjadi di beberapa kawasan Jakarta. Sebab, balapan motor lebih mengedepankan kecepatan dari sepeda motor yang tentu sangat berbahaya bagi pengguna jalan raya.
Sedangkan balapan bajaj, seperti yang saya lihat sendiri, lebih mengedepankan aksi-aksi sensasional dari pengemudinya. Seperti berjalan hingga kemiringan tertentu ala kendaraan sirkus dan juga seluruh bodi dipenuhi aksesoris serta lampu yang menyilaukan mata. Hanya saja, karena gambar yang saya ambil melalui kamera ponsel tidak mempunyai modus flash, dan hanya tersedia modus malam, alhasil banyak gambar yang ngeblur.
Berdasarkan jawaban dari beberapa warga yang sempat saya tanyai, mereka mengatakan bahwa balapan liar antar bajaj tersebut, tidak sering terjadi setiap hari. Melainkan ketika ada event tertentu atau memperingati suatu kegiatan penting dari komunitas tertentu. “Kalo disini bisa sebulan sekali ato dua mingguan sekali, ga tentu juga Mas. Tergantung ada joki atawa acara tertentu,” ucap seorang pemuda yang sempat saya tanya. Pemuda yang kemungkinan warga setempat itu asyik memotret beberapa gambar melalui kamera saku, dan sibuk meneriakkan bajaj jagoannya.
Sebenarnya balapan bajaj di Indonesia tepatnya kota Jakarta bukanlah barang baru, karena sejak tahun 1970an di daerah Tugu Pancoran, dahulunya sering terjadi. Saat itu, Jakarta masih belum begitu seramai sekarang, dan bajaj merupakan alternatif angkutan umum yang murah meriah, karena banyak didatangkan dari India negara asalnya, dan dirombak lagi sesampainya di Indonesia.
Beberapa tahun yang lalu, saat masih hobi keluar malam untuk mencari angin, saya kerap menemukan trek-trekan bajaj di sepanjang jalan Daan Mogot, Bendungan Hilir dan Kemayoran. Tetapi yang mengemudikannya bukanlah sopir bajaj asli, melainkan seorang joki yang biasanya merangkap sebagai mekanik di suatu bengkel bajaj untuk memodifikasi kendaraan roda tiga tersebut menjadi lebih menarik.
Selain untuk hiburan semata melalui gaya akrobat seperti yang dilakukan balapan tuk-tuk di sepanjang jalan utama di Bangkok, Thailand. Ternyata balapan bajaj ini menyangkut gengsi dari komunitas atau pemilik bajaj tersebut untuk menaikkan pamor di kalangannya. Dan dilakukan khusus waktu malam, karena saat siang harinya, sekeren dan sebagus apapun tampilan bajaj tersebut, tetap saja hanya angkutan umum biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar