Senin, 21 Januari 2013

TAHU PONG SEMARANG

ES CONG LIK DAN TAHU PONG
Saking banyaknya menu makanan yang ada di tempat ini, akhirnya saya bertanya, menu apakah yang paling khas? Beberapa pengunjung langsung menyarankan saya untuk mencoba es cong lik, yaitu es yang sangat melegenda di Semarang. Es ini sudah ada sejak tahun 1944. Proses pembuatan es putar ini cukup unik, adonan santan kelapa dimasukkan ke tabung yang terbuat dari logam dan kemudian direndam di dalam ember yang diisi penuh pecahan es batu dan garam.Kemudian tabung diputar-putar hingga santan tadi membeku menjadi es yang rasanya sangat gurih.
Es cong lik ini disajikan dalam mangkuk kecil pilihan aneka rasa seperti, durian, kelapa muda, kopyor, cokelat, leci, sirsak, sawo, alpukat, kacang hijau dan masih banyak lagi.  Topingnya pun bermacam-macam, kita bisa minta serutan kelapa muda, roti tawar, jeli maupun pacar cina merah. Yang istimewa dari es puter ini, selain sangat terasa buahnya, aromanya pun sangat wangi dan butiran esnya lembut membelai lidah. Harganya pun cukup murah, untuk satu mangkuk hanya membayar Rp 8000.

Nama es krim cong lik konon berawal lantaran si pembuat es ini sudah berjualan es puter ini sejak belia pada zaman penjajahan Belanda. Saat itu ia berjualan es krim dengan menggunakan gerobak dorong sehingga muncullah sebutan dari pembelinya yaitu “cong lik” dalam bahasa Jawa berarti “kacung cilik”. Es ini terkenal karena tidak memakai bahan pengawet dan pewarna buatan. Tak heran bila es putar ini hanya bertahan dalam waktu dua jam. Itu pula sebabnya banyak pengunjung yang memilih untuk menikmati es ini di tempat.

Pilihan lainnya adalah tahu pong. Makanan ini merupakan makanan hasil akulturasi budaya Cina dan Jawa. Kuliner dengan bahan dasar utama tahu goreng ini mulai dikenal di Semarang sejak tahun 1930-an. Nama tahu pong berasal dari kata ‘’kopong’’ atau kosong. Tahu yang digunakan untuk membuat hidangan tahu pong memang merupakan tahu yang kosong alias tidak ada isinya. Namun ada juga pendapat yang mengatakan bahwa nama pong berasal dari kata ‘phong’ yang dalam bahasa Hokkian Selatan, salah satu bahasa Cina yang artinyai “mengembung”.

Penyajiannya pun sangat menggugah selera. Setelah tahu digoreng lalu disiram dengan sambal petis dan acar lobak. Anda yang suka pedas bisa menambahkan cabai yang telah diulek ke dalam petis yang telah dicairkan. Kemudian makanlah tahu bersama dengan sambal tersebut, sensasi gurih, asin, dan manis segera terasa di mulut. Jangan lupa tambahkan acar lobak yang asam dan segar sebagai penyeimbang rasa. Untuk bisa menikmati satu porsi tahu pong Anda harus merogoh kocek Rp10.000 sampai Rp20.000.

Makanan lainnya yang tak kalah menarik adalah nasi ayam bercita rasa asin. Menu ini biasanya disandingkan dengan telur bacem, sambal goreng jipan, tahu bacem, dan kuah santan bumbu opor. Nasi ayam ini disajikan dengan daun pisang yang dibentuk seperti pincuk (lilitan). Sendoknya pun hanya berupa daun pisang yang dilipat sebagai pengganti sendok logam dan sendok plastik.

Pilihan lain untuk makanan ringan bisa mencoba serabi. Tapi tunggu dulu. serabi di sini lain dari yang lainnya. Namanya serabi kuah khas Kalicari. Serabi ini bentuknya lebih kecil dari biasanya, kira-kira sebesar tutup gelas. Penyajiannya disandingkan dengan bubur sumsum, candil, dan klepon. Setelah itu disiram dengan kuah santan dan kinca (karamel gula merah). Anda juga bisa menikmati serabi saja tanpa campuran menu pendamping tadi. Harganya cukup murah, satu porsi Rp5.000.

Selain serabi, makanan ringan di sini yang patut Anda coba adalah pisang planet. Makanan ini sudah ada sejak tahun 1960. “Plenet” berasal dari bahasa Semarang yang artinya menekan atau memipihkan. Jajanan ini dulu dijual di gerobak-gerobak dorong yang mangkal di sepangjang jalan Gajah Mada pada sore hari. Cara penyajiannya cukup unik. Pertama-tama pisan dibakar di atas arang dengan bara api kecil.
Setelah pisang layu, sedikit gosong dan berwarna kehitaman barulah diangkat dan ditaruh di atas wadah. Kemudian ditekan-tekan dengan papan kecil hingga nyaris pipih.Setelah pisang pipih barulah si penjual mengolesi seluruh permukaannya dengan margarin. Untuk isi, ditawarkan tiga pilihan yaitu cokelat meses, gula bubuk, atau selai nenas buatan. Setelah dioles barulah ditangkup dengan sepotong pisang pipih sehingga mirip setangkup roti tawar. Rasanya enak sekali!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar