Sebuah bajaj sedang melintas diiringi sorak sorai beberapa warga yang menonton
Ketika menyaksikan acara nonton bareng (Nonbar)
di sebuah restoran cepat saji di kawasan Santa, Jakarta Selatan.
Tiba-tiba saja saya dan beberapa kawan yang sedang asyik menonton siaran
langsung pertandingan Inggris vs Italia, dikejutkan dengan keramaian di
persimpangan jalan Gunawarman dan jalan Wolter Mongonsidi.
Saat itu, ada teriak-teriak dari beberapa warga tepat di pinggir jalan
yang menghubungkan kawasan Blok M dengan Mampang. Sontak saja, kami yang
berada dalam restoran cepat saji tersebut langsung keluar untuk melihat
keadaan yang terjadi.
Sebab, kami sangat khawatir bila keramaian tersebut berasal dari tawuran
warga atau bentrokan lainnya. Namun, setelah melihat lebih jelas dengan
mendatangi langsung, ternyata keramaian itu datang dari sekelompok
massa yang sedang bertepuk tangan mendukung balapan bajaj yang sedang
melintas. Tampak di sepanjang jalan berderet beberapa bajaj dengan
tampilan mencolok yang dipenuhi modifikasi dan pernak-pernik seperti
lampu hias.
Meski sebelumnya sudah pernah melihat aksi balapan liar antar bajaj yang
kerap berlangsung setiap malam minggu di kawasan Daan Mogot dan
Kemayoran, namun aksi balapan bajaj yang terjadi pada Senin dinihari itu
sempat mengagetkan kami semua. Karena, awalnya sama sekali tidak
menyangka di jalan yang ruasnya kecil itu, bisa terjadi unjuk kebolehan
dari bajaj yang telah di rombak habis oleh pemiliknya.
Kendati begitu, balapan bajaj ini tentu berbeda dengan
balapan motor liar
yang banyak terjadi di beberapa kawasan Jakarta. Sebab, balapan motor
lebih mengedepankan kecepatan dari sepeda motor yang tentu sangat
berbahaya bagi pengguna jalan raya.
Sedangkan balapan bajaj, seperti yang saya lihat sendiri, lebih
mengedepankan aksi-aksi sensasional dari pengemudinya. Seperti berjalan
hingga kemiringan tertentu ala kendaraan sirkus dan juga seluruh bodi
dipenuhi aksesoris serta lampu yang menyilaukan mata. Hanya saja, karena
gambar yang saya ambil melalui kamera ponsel tidak mempunyai modus
flash, dan hanya tersedia modus malam, alhasil banyak gambar yang
ngeblur.
Berdasarkan jawaban dari beberapa warga yang sempat saya tanyai, mereka
mengatakan bahwa balapan liar antar bajaj tersebut, tidak sering terjadi
setiap hari. Melainkan ketika ada event tertentu atau memperingati
suatu kegiatan penting dari komunitas tertentu.
“Kalo disini bisa sebulan sekali ato dua mingguan sekali, ga tentu juga Mas. Tergantung ada joki atawa acara tertentu,”
ucap seorang pemuda yang sempat saya tanya. Pemuda yang kemungkinan
warga setempat itu asyik memotret beberapa gambar melalui kamera saku,
dan sibuk meneriakkan bajaj jagoannya.
Sebenarnya balapan bajaj di Indonesia tepatnya kota Jakarta bukanlah barang baru, karena sejak tahun 1970an di daerah Tugu Pancoran,
dahulunya sering terjadi. Saat itu, Jakarta masih belum begitu seramai
sekarang, dan bajaj merupakan alternatif angkutan umum yang murah
meriah, karena banyak didatangkan dari India negara asalnya, dan
dirombak lagi sesampainya di Indonesia.
Beberapa tahun yang lalu, saat masih hobi keluar malam untuk mencari angin, saya kerap menemukan
trek-trekan
bajaj di sepanjang jalan Daan Mogot, Bendungan Hilir dan Kemayoran.
Tetapi yang mengemudikannya bukanlah sopir bajaj asli, melainkan seorang
joki yang biasanya merangkap sebagai mekanik di suatu bengkel bajaj
untuk memodifikasi kendaraan roda tiga tersebut menjadi lebih menarik.
Selain untuk hiburan semata melalui gaya akrobat seperti yang dilakukan balapan
tuk-tuk
di sepanjang jalan utama di Bangkok, Thailand. Ternyata balapan bajaj
ini menyangkut gengsi dari komunitas atau pemilik bajaj tersebut untuk
menaikkan pamor di kalangannya. Dan dilakukan khusus waktu malam, karena
saat siang harinya, sekeren dan sebagus apapun tampilan bajaj tersebut,
tetap saja hanya angkutan umum biasa.